Tepat
satu bulan lalu Rio pergi meninggalkan Rati. Sejak itu pula aku tidak pernah
melihat senyum lima centi Rati lagi. Rati yang ceria seperti menghilang sejak
ia berpisah dengan Rio, Rati kini terlihat lebih pendiam di banding kami
berempat. Lebih senang menyendiri dengan tulisan-tulisan galau tingkat semesta
yang ia tulis tiap waktu. Rati memang gadis cerdas yang sangat gemar
menulis,entah itu puisi ataupun cerita pendek (cerpen) yang selalu ia tulis
tentang cinta cinta dan cinta tapi itu satu bulan lalu sebelum Rio meninggalkan
Rati.
Hari
itu tepat tanggal 23 Agustus 2013 di tepi pantai Novi, Rio dan Rati bertemu
setelah satu bulan terpisah akibat libur sekolah dibulan Ramadhan. Pertemuan
yang sangat ditunggu-tunggu Rati, pertemuan yang nantinya akan berakhir
romantis seperti yang diimpikan Rati.
“siang
Rio, bagaimana kabar mu hari ini?” Tanya Rati dengan suara sendu dan sedikit
bergetar.
“aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu
ti?” jawab Rio.
“aku
juga baik Yo” sambung Rati.
Pembicaraan
panjang antara Rati-Rio terus beranjut hingga Rio memotong pembicaran
“Rati,
aku mau bilang sesuatu” sahut Rio sambil perlahan tertunduk.
“apa
mas, bilang saja gak apa-apa kok” Tanya Rati penasaran.
“aku
mau kita berpisah, sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi” jawab
Rio dengan suara bergetar.
“tapi
kenapa mas? Setelah tiga tahun hubungan kita kenapa sekarang mas minta pisah?
Apa yang telah Rati lakukan?” Tanya Rati dengan suara bergetar dan air mata
berlinang.
“aku
ingin focus sekolah dulu, lagian ayah ku juga melarang ku untuk berpacaran
dulu” sambung Rio.
Setelah
itu Rio pergi dan meninggalkan Rati sendiri dirumah makan itu. Rati yang tak
kuasa menahan rasa sakitnya, menangis
sambil mengaduk-aduk makanannya. Sesekali ia terlihat memukul-mukul
kepalanya,tak jarang pula ia hanya berbicara sendiri layaknya orang gila.
Pertemuan dengan akhir romantis selayaknya pasangan lain yang diimpikan Rati
berubah menjadi pertemuan kelam Rati-Rio, seperti langit pantai Novi yang
berubah mendung kala itu, angin bertiup kencang menggambarkan hati Rati yang
berkecamuk.
Keesokan
harinya saat Rati berangkat kesekolah, ia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa
sedihnya pada sahabat-sahabatnya termasuk aku. Sesampainya disekolah aku, Sisi,
Tia, dan Kiki menyapanya seperti biasa
“
Pagi nyonya, tumben telat biasanya kamukan yang paling pagi diantara kami
berempat” Tanya sikecil kiki sambil sedikit jahil pada Rati.
Rati
tak menghiraukan keempat sahabatnya dan terus berjalan masuk kedalam kelas,
dikelas Rio yang sedang bercanda dengan teman-temannya sama seperti biasa
layaknya seseorang yang tak punya masalah. Rati terus berjalan kebangkunya
kemudian perlahan menidurkan kepalanya dimeja sembari menyembunyikan matanya
yang sembab akibat semalaman menangis karena berpisah dengan Rio.
Aku
dan ketiga sahabat yang lain menghampiri Rati dan bertanya perlahan pada
sahabat kami yang sangat baik itu, kami yang tidak tahu apa-apa tetap
bertingkah jahil seperti biasa
“Rati
kamu kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini Ti, kalau kamu ada masalah
setidaknya kamu cerita pada kami” Aku bertanya sambil merangkul Rati.
“aku
tidak apa-apa Na, kalian tidak perlu khawatir” jawab Rati sembil menghela napas
panjang.
Aku
dan ketiga sahabat yang lain sepakat untuk tidak membahas ini lagi sebelum Rati
siap untuk bercerita. Tapi Kiki yang juga akrab dengan Rio tidak mampu menahan
rasa penasarannya,ia menghampiri Rio dan
bertanya dengan gayanya yang selenyean
“Rio,
Rati kenapa? Kalian ada masalah?”
“gak tahu. Jangan tanya-tanya aku
masalah Rati” jawab Rio sinis
“
kamu kok gitu Yo, kamukan pacarnya Rati setidaknya kamu tahukan apa masalah
pasangan mu” lanjut Kiki kepo
“
sudahlah Ki akukan sudah bilang jangan bertanya masalah Rati sama aku, aku dan
Rati sudah tidak ada apa-apa lagi,kami sudah berpisah”sambung Rio dengan suara
yang agak besar.
Kiki
langsung pergi keluar kelas dan meninggalkan Rio begitu saja, Aku yang melihat
Kiki ikut keluar menuju sahabatku itu. Tadinya aku ingin bertanya masalah apa yang
Kiki bicarakan bersama Rio tapi ku urungkan niatku setelah melihat Kiki
sepertinya sangat marah dengan melampiaskan kemarahannya pada kertas yang ia
remuk-remuk dan ia sobek. Entah apa yang habis ia bicarakan bersama Rio, baru
kali ini aku melihat Kiki sangat marah seperti itu.
Setelah
satu bulan, akhirnya kebohongan Rio terbongkar Aku,Rati,Kiki,Sisi, dan Tia
tanpa sengaja melihat Rio bergandengan tangan dengan perempuan lain saat kami
sedang menghabiskan waktu makan siang di salah satu Mall dikota kami. Awalnya
aku enggan memberi tahu Rati soal ini tapi ternyata Rati dan sahabat ku yang
lain juga melihat Rio. Rati memang tidak menghiraukan masalah Rio lagi,
menurutnya apapun yang Rio lakukan dan dengan siapa dia itu bukan urusan Rati
lagi berbeda dengan kedua sahabat kami yang super duper kepo seperti Kiki dan
Sisi.
“Rio…Rio…
tapi dengan siapa dia? Apa itu pacar barunya? Waw secepat itu Rio sudah punya
pacar baru?” sahut Sisi ngomel
“sssstttt…
apa sih Si?” Tia angkat bicara.
“aku
mau nyamperin dia. Jangan ada yang ngalangin aku yah?” sikecil Kiki dengan
gemes.
“aku
ikut Ki” sahut Sisi sambil berdiri.
Kiki
dan Sisi berjalan menuju Rio dan teman wanitanya tanpa menghiraukan aku,Rati
dan Tia dibelakangnya. Rati juga tidak menghiraukan tingkah para sahabat kami
itu, ia tetap sibuk menghabiskan makan siang dihadapannya sebab ia tidak mau
lagi memenuhi otaknya dengan kelakuan Rio sang mantan kekasih.
“Rio…”
sahut Kiki sambil menepuk pundak Rio
“eh
kalian, sedang apa kalian di sini?” jawab Rio santai
“kebetulan
kami sedang makan siang disini, oh yah itu siapa Yo? Pacar kamu?” tanya Sisi
tak sabar
“
ia ini pacar aku, kenalin namanya Ratna” Sambung Rio yang tetap santai
“ sejak kapan?” lanjut Sisi semakin kepo
“tiga
bulan lalu” sahut Ratna sambil perlahan menggenggam tangan Rio dan menatap
manis kearah Rio pasangannya
“
owww…. Tiga bulan lalu yah Yo. Selamat yah semoga kalian bahagia, eh kami
kesana dulu soalnya Rati dan yang lain nungguin kami” sambung Kiki yang geram
Terbukti
sekarang kalau Rio itu memang mempermainkan Rati, Rati yang sangat polos dan
sangat mempercayai Rio memang sangat mudah untuk dibodohi Rio yang hanya baik
dihadapan Rati tapi dibelakang dia selingkuh dengan perempuan yang terlihat
tidak begitu cantik dan secerdas Rati tapi memang diakui dia adalah wanita kaya
persis seperti apa yang disukai laki-laki matre seperti Rio. Meskipun Rati
tidak mempedulikan Rio yang jelas-jelas main api dibelakangnya, tapi tidak
dengan Kiki dan Sisi yang sibuk ngoceh-ngoceh masalah Rio. Sepertinya mereka
yang sakit hati setelah melihat Rio bersama wanita lain.
Disekolah
kebetulan wali kelas Rati tidak masuk dan digantikan oleh guru baru yang entah
siapa nama dan bagaimaana wajahnya. Teman-teman sekelas Rati sibuk mencari tahu
siapa guru baru itu yang katanya masih muda dan tampan pula. Berbeda jauh
dengan Rati yang tetap saja sibuk dengan diary dan pulpen hello kittynya, ia
sibuk menulis cerpen yang baru setengah jalan ia tulis cerpen berjudul “cinta
setengah hati” itu persis menggambarkan kisah cinta Rati-Rio. Tiba-tiba
teman-teman Rati berlarian masuk kelas tak ubahnya bebek yang disuruh
pemiliknya masuk kandang. Rati tetap cuek dan sibuk menulis sambil menyandarkan
kepala dilengan kirinya.
“assalamualaikum….”
Tiba-tiba
seorang lelaki muda masuk setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Rati yang
kaget kemudian menutup diarynya dan mengangkat kepalanya sembari memperhatikan
guru baru itu. Teman-temannya yang lumayan centil sibuk menatap siguru baru
tanpa terkecuali sahabat-sahabat Rati.
“bapak namanya siapa?” sahut sikepo Sisi
tak sabar
“ssstttt…
biarin bapaknya duduk dulu kali Si, jangan kepo deh gak baik tahuuu” sambung
Rati dengan wajah murung
“gak
apa-apa kok, nama saya Muhammad Irfan Fachraizi, panggil saja saya Irfan” jawab
si guru baru sambil tersenyum
“waaaawww…
dia benar-benar tampan Ti seperti kata teman-teman lain” bisik Sisi sambil
mencolek lengan Rati.
Sembari
menulis diatas selembar kertas usang Rati yang sangat risih melihat tingkah
teman sekelasnya tidak begitu memperhatikan materi yang dibawakan guru baru
itu. Dan tanpa sadar pula ternyata guru itu telah membagi kelompok untuk
membuat sebuah makalah yang akan dipersentasikan satu minggu lagi. Rati tetap
saja cuek ketika ditanya apakah dia sudah mengerti atau belum, karena
menurutnya membuat makalah itu sudah sering ia lakukan. Ternyata tugas kali ini
lebih rumit, Rati sibuk bertanya pada sahabat dan temannya yang lain tapi tidak
satupun dari mereka yang paham mengenai tugas yang diberikan. Rati ingin
bertanya pada guru barunya itu tapi ia juga tidak punya nyali, ia hanya berani
lewat dihadapan guru itu sembari sesekali menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“ada apa Rati?” tanya Irfan gurunya
“ini…ini…ini
pak saya ingin bertanya masalah tugas yang bapak berikan kemarin” tanya Rati
dengan suara bergetar
“sepertinya
kemarin kamu sudah mengerti Rati”jawab Irfan dengan tersenyum
“maaf
pak kemarin saya tidak begitu memperhatikan apa yang bapak perintahkan sebab
saya sedikit jengkel melihat teman sekelas saya yang begitu teropsesi dengan
bapak, sekali lagi saya minta maaf pak” jawab Rati dengan wajah memerah dan
perlahan menunduk merasa malu
Irfan
tertawa dalam hati melihat tingkah siswanya itu yang sangat malu padanya. Ia juga
tidak sungkan untuk memberi bimbingan pada Rati dan siswa lainnya saat mereka
merasa kesulitan mengerjakan tugas yang ia berikan.
Entah
kenapa saat Irfan yang memberi meteri dikelas Rati, Rati seperti sedang main
kucing-kucingan sejak ia sadar bahwa selama tiga minggu terakhir Irfan terus
saja memperhatikan gerak-geriknya. Rati mulai risih terlebih saat diskusi
kelompok ia tidak banyak bicara seperti sebelumnya, sungguh ini kali pertama
aku melihat ada seseorang yang mampu membuat Rati sekeki itu. Aku sering bahkan
sangat sering melihat Irfan siguru muda nan tampan itu menatap Rati dari sebuah
cermin yang menggantung disebelah kiri kelas kami, dan mungkin karna itu pula
tiap kali diskusi Rati selalu berusaha untuk membelakangi cermin itu.
Dilain
tempat saat jam istirahat, Irfan sang guru diam-diam meminta nomor ponsel Rati
pada si kecil Kiki.
“Kiki… bisa kesini sebentar?” Irfan
memanggil dari ruang guru
“maaf
pak, ada apa yah?” tanya Kiki takut
“begini
Ki, emangnya betul Rati punya kakak namanya Dimas?” tanya Irfan serius
“ia pak betul,kalau boleh saya tahu ada
apa ya pak?” tanya Kiki penasaran
“tidak.
Kebetulan Dimas itu teman SMA bapak dulu, kamu bisa beritahu Rati nggak kalau
aku ingin bertemu dengan Dimas minggu besok” sambung Irfan
“owwhh…ia pak, nanti saya
sampaikan”lanjut Kiki
“kamu
bisa ambil nomor ponsel saya, dan bilangin ke Rati kalau kakaknya sudah ada
keputusan dia bisa hubungi saya” sahut Irfan sambil memberikan nomor ponselnya.
Saat
jam pulang sekolah Rati yang sedang kurang enak badan buru-buru pulang dan Kiki
belum sempat memberi tahu pesan yang diamanahkan pak Irfan tadi. Kiki yang
cemas karna tidak menyampaikan amanah itu langsung menelpon Rati setibanya ia
dirumah, Kiki memberi tahu Rati masalah Irfan yang ternyata berteman baik
dengan kakak Rati. Rati yang takut akan lupa dengan amanah pak Irfan itu
sesegera mungkin memberi tahu masalah ini pada kak Dimas kakaknya, tapi sayang
kak Dimas tidak bisa memenuhi undangan pak Irfan minggu besok sebab ia ada
proyek diluar kota yang harus ia kerjakan. Kak Dimas tidak lupa untuk meminta
adiknya Rati agar memberi tahu Irfan masalah ini. Tanpa berpikir panjang Rati
yang kala itu sedang asyik membaca buku langsung memberi tahu Irfan dengan
mengirim sebuah pesan singkat
“assalamualaikum…
maaf pak kalau saya menggangu, saya hanya ingin menyampaikan permintaan maaf
kak Dimas karna ia tidak bisa hadir diundangan kakak minggu besok. Soalnya kak
Dimas sedang ada dinas keluar kota untuk proyek. #Rati”
“
waalaikum salam dek, nggak apa-apa kok kk ngerti. Makasih ya infonya” balas
Irfan
Sejak
hari itu Irfan-Rati semakin dekat hingga saat ini, dan kini Rati sadar bahwa ia
telah menemukan sepotong hatinya yang baru setelah sekian lama hatinya rusak
akibat ulah Rio sang mantan kekasih. Dan sepotong hati yang baru itu ada pada
Irfan sang guru muda. Walau belum resmi menjalin hubungan, tapi sepertinya
mereka berdua memang cocok dan mereka juga simpati satu sama lain, sangat pas.