Selasa, 24 November 2015

Masalah

Ketika Anda sedang dihadapkan oleh "masalah", jangan pernah berpikir bahwa "masalah" tersebut akan melemparkan Anda jauh kedasar jurang.

Mari ubah persepsi kalian tentang "masalah" dan segala sesuatu yang Anda anggap "masalah".

Sesungguhnya ketika Anda berpikir tentang "masalah" maka itu akan benar-benar menjadi "masalah".

Saat Anda benar-benar terjebak dalam sebuah "masalah", cobalah sejenak merenung dan katakan pada diri Anda bahwa " itu bukanlah sebuah masalah, itu hanyalah kerikil kecil yang nantinya akan terhempas dan terbawa angin pergi jauh dan mustahil kembali" dengan begitu pundak Anda akan perlahan menjadi ringan dan nyaris tanpa beban lagi.

Jadikan "masalah" itu sebagai cambuk untuk Anda berdiri sejenak dan bertindak untuk menjadi lebih baik.

Karena Anda pasti tak ingin mati konyol hanya karena tak mampu menyelesaikan "masalah" yang bahkan belum melilit leher Anda...

Semangat!!!


Sepotong Hati yang Baru


Tepat satu bulan lalu Rio pergi meninggalkan Rati. Sejak itu pula aku tidak pernah melihat senyum lima centi Rati lagi. Rati yang ceria seperti menghilang sejak ia berpisah dengan Rio, Rati kini terlihat lebih pendiam di banding kami berempat. Lebih senang menyendiri dengan tulisan-tulisan galau tingkat semesta yang ia tulis tiap waktu. Rati memang gadis cerdas yang sangat gemar menulis,entah itu puisi ataupun cerita pendek (cerpen) yang selalu ia tulis tentang cinta cinta dan cinta tapi itu satu bulan lalu sebelum Rio meninggalkan Rati.
Hari itu tepat tanggal 23 Agustus 2013 di tepi pantai Novi, Rio dan Rati bertemu setelah satu bulan terpisah akibat libur sekolah dibulan Ramadhan. Pertemuan yang sangat ditunggu-tunggu Rati, pertemuan yang nantinya akan berakhir romantis seperti yang diimpikan Rati.
“siang Rio, bagaimana kabar mu hari ini?” Tanya Rati dengan suara sendu dan sedikit bergetar.
“aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu ti?” jawab Rio.                       
“aku juga baik Yo” sambung Rati.
Pembicaraan panjang antara Rati-Rio terus beranjut hingga Rio memotong pembicaran
“Rati, aku mau bilang sesuatu” sahut Rio sambil perlahan tertunduk.
“apa mas, bilang saja gak apa-apa kok” Tanya Rati penasaran.
“aku mau kita berpisah, sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi” jawab Rio dengan suara bergetar.
“tapi kenapa mas? Setelah tiga tahun hubungan kita kenapa sekarang mas minta pisah? Apa yang telah Rati lakukan?” Tanya Rati dengan suara bergetar dan air mata berlinang.
“aku ingin focus sekolah dulu, lagian ayah ku juga melarang ku untuk berpacaran dulu” sambung Rio.
Setelah itu Rio pergi dan meninggalkan Rati sendiri dirumah makan itu. Rati yang tak kuasa menahan  rasa sakitnya, menangis sambil mengaduk-aduk makanannya. Sesekali ia terlihat memukul-mukul kepalanya,tak jarang pula ia hanya berbicara sendiri layaknya orang gila. Pertemuan dengan akhir romantis selayaknya pasangan lain yang diimpikan Rati berubah menjadi pertemuan kelam Rati-Rio, seperti langit pantai Novi yang berubah mendung kala itu, angin bertiup kencang menggambarkan hati Rati yang berkecamuk.
*    
Keesokan harinya saat Rati berangkat kesekolah, ia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sedihnya pada sahabat-sahabatnya termasuk aku. Sesampainya disekolah aku, Sisi, Tia, dan  Kiki menyapanya seperti biasa
“ Pagi nyonya, tumben telat biasanya kamukan yang paling pagi diantara kami berempat” Tanya sikecil kiki sambil sedikit jahil pada Rati.
Rati tak menghiraukan keempat sahabatnya dan terus berjalan masuk kedalam kelas, dikelas Rio yang sedang bercanda dengan teman-temannya sama seperti biasa layaknya seseorang yang tak punya masalah. Rati terus berjalan kebangkunya kemudian perlahan menidurkan kepalanya dimeja sembari menyembunyikan matanya yang sembab akibat semalaman menangis karena berpisah dengan Rio.
Aku dan ketiga sahabat yang lain menghampiri Rati dan bertanya perlahan pada sahabat kami yang sangat baik itu, kami yang tidak tahu apa-apa tetap bertingkah jahil seperti biasa
“Rati kamu kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini Ti, kalau kamu ada masalah setidaknya kamu cerita pada kami” Aku bertanya sambil merangkul Rati.
“aku tidak apa-apa Na, kalian tidak perlu khawatir” jawab Rati sembil menghela napas panjang.
Aku dan ketiga sahabat yang lain sepakat untuk tidak membahas ini lagi sebelum Rati siap untuk bercerita. Tapi Kiki yang juga akrab dengan Rio tidak mampu menahan rasa penasarannya,ia  menghampiri Rio dan bertanya dengan gayanya yang selenyean
“Rio, Rati kenapa? Kalian ada masalah?”
“gak tahu. Jangan tanya-tanya aku masalah Rati” jawab Rio sinis
“ kamu kok gitu Yo, kamukan pacarnya Rati setidaknya kamu tahukan apa masalah pasangan mu” lanjut Kiki kepo
“ sudahlah Ki akukan sudah bilang jangan bertanya masalah Rati sama aku, aku dan Rati sudah tidak ada apa-apa lagi,kami sudah berpisah”sambung Rio dengan suara yang agak besar.
Kiki langsung pergi keluar kelas dan meninggalkan Rio begitu saja, Aku yang melihat Kiki ikut keluar menuju sahabatku itu. Tadinya aku ingin bertanya masalah apa yang Kiki bicarakan bersama Rio tapi ku urungkan niatku setelah melihat Kiki sepertinya sangat marah dengan melampiaskan kemarahannya pada kertas yang ia remuk-remuk dan ia sobek. Entah apa yang habis ia bicarakan bersama Rio, baru kali ini aku melihat Kiki sangat marah seperti itu.
*    
Setelah satu bulan, akhirnya kebohongan Rio terbongkar Aku,Rati,Kiki,Sisi, dan Tia tanpa sengaja melihat Rio bergandengan tangan dengan perempuan lain saat kami sedang menghabiskan waktu makan siang di salah satu Mall dikota kami. Awalnya aku enggan memberi tahu Rati soal ini tapi ternyata Rati dan sahabat ku yang lain juga melihat Rio. Rati memang tidak menghiraukan masalah Rio lagi, menurutnya apapun yang Rio lakukan dan dengan siapa dia itu bukan urusan Rati lagi berbeda dengan kedua sahabat kami yang super duper kepo seperti Kiki dan Sisi.
“Rio…Rio… tapi dengan siapa dia? Apa itu pacar barunya? Waw secepat itu Rio sudah punya pacar baru?” sahut Sisi ngomel
“sssstttt… apa sih Si?” Tia angkat bicara.
“aku mau nyamperin dia. Jangan ada yang ngalangin aku yah?” sikecil Kiki dengan gemes.
“aku ikut Ki” sahut Sisi sambil berdiri.
Kiki dan Sisi berjalan menuju Rio dan teman wanitanya tanpa menghiraukan aku,Rati dan Tia dibelakangnya. Rati juga tidak menghiraukan tingkah para sahabat kami itu, ia tetap sibuk menghabiskan makan siang dihadapannya sebab ia tidak mau lagi memenuhi otaknya dengan kelakuan Rio sang mantan kekasih.
“Rio…” sahut Kiki sambil menepuk pundak Rio
“eh kalian, sedang apa kalian di sini?” jawab Rio santai
“kebetulan kami sedang makan siang disini, oh yah itu siapa Yo? Pacar kamu?” tanya Sisi tak sabar
“ ia ini pacar aku, kenalin namanya Ratna” Sambung Rio yang tetap santai
“ sejak kapan?” lanjut Sisi semakin kepo
“tiga bulan lalu” sahut Ratna sambil perlahan menggenggam tangan Rio dan menatap manis kearah Rio pasangannya
“ owww…. Tiga bulan lalu yah Yo. Selamat yah semoga kalian bahagia, eh kami kesana dulu soalnya Rati dan yang lain nungguin kami” sambung Kiki yang geram
Terbukti sekarang kalau Rio itu memang mempermainkan Rati, Rati yang sangat polos dan sangat mempercayai Rio memang sangat mudah untuk dibodohi Rio yang hanya baik dihadapan Rati tapi dibelakang dia selingkuh dengan perempuan yang terlihat tidak begitu cantik dan secerdas Rati tapi memang diakui dia adalah wanita kaya persis seperti apa yang disukai laki-laki matre seperti Rio. Meskipun Rati tidak mempedulikan Rio yang jelas-jelas main api dibelakangnya, tapi tidak dengan Kiki dan Sisi yang sibuk ngoceh-ngoceh masalah Rio. Sepertinya mereka yang sakit hati setelah melihat Rio bersama wanita lain.
*    
Disekolah kebetulan wali kelas Rati tidak masuk dan digantikan oleh guru baru yang entah siapa nama dan bagaimaana wajahnya. Teman-teman sekelas Rati sibuk mencari tahu siapa guru baru itu yang katanya masih muda dan tampan pula. Berbeda jauh dengan Rati yang tetap saja sibuk dengan diary dan pulpen hello kittynya, ia sibuk menulis cerpen yang baru setengah jalan ia tulis cerpen berjudul “cinta setengah hati” itu persis menggambarkan kisah cinta Rati-Rio. Tiba-tiba teman-teman Rati berlarian masuk kelas tak ubahnya bebek yang disuruh pemiliknya masuk kandang. Rati tetap cuek dan sibuk menulis sambil menyandarkan kepala dilengan kirinya.
“assalamualaikum….” 
Tiba-tiba seorang lelaki muda masuk setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Rati yang kaget kemudian menutup diarynya dan mengangkat kepalanya sembari memperhatikan guru baru itu. Teman-temannya yang lumayan centil sibuk menatap siguru baru tanpa terkecuali sahabat-sahabat Rati.
“bapak namanya siapa?” sahut sikepo Sisi tak sabar
“ssstttt… biarin bapaknya duduk dulu kali Si, jangan kepo deh gak baik tahuuu” sambung Rati dengan wajah murung
“gak apa-apa kok, nama saya Muhammad Irfan Fachraizi, panggil saja saya Irfan” jawab si guru baru sambil tersenyum
“waaaawww… dia benar-benar tampan Ti seperti kata teman-teman lain” bisik Sisi sambil mencolek lengan Rati.
Sembari menulis diatas selembar kertas usang Rati yang sangat risih melihat tingkah teman sekelasnya tidak begitu memperhatikan materi yang dibawakan guru baru itu. Dan tanpa sadar pula ternyata guru itu telah membagi kelompok untuk membuat sebuah makalah yang akan dipersentasikan satu minggu lagi. Rati tetap saja cuek ketika ditanya apakah dia sudah mengerti atau belum, karena menurutnya membuat makalah itu sudah sering ia lakukan. Ternyata tugas kali ini lebih rumit, Rati sibuk bertanya pada sahabat dan temannya yang lain tapi tidak satupun dari mereka yang paham mengenai tugas yang diberikan. Rati ingin bertanya pada guru barunya itu tapi ia juga tidak punya nyali, ia hanya berani lewat dihadapan guru itu sembari sesekali menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“ada apa Rati?” tanya Irfan gurunya
“ini…ini…ini pak saya ingin bertanya masalah tugas yang bapak berikan kemarin” tanya Rati dengan suara bergetar
“sepertinya kemarin kamu sudah mengerti Rati”jawab Irfan dengan tersenyum
“maaf pak kemarin saya tidak begitu memperhatikan apa yang bapak perintahkan sebab saya sedikit jengkel melihat teman sekelas saya yang begitu teropsesi dengan bapak, sekali lagi saya minta maaf pak” jawab Rati dengan wajah memerah dan perlahan menunduk merasa malu
Irfan tertawa dalam hati melihat tingkah siswanya itu yang sangat malu padanya. Ia juga tidak sungkan untuk memberi bimbingan pada Rati dan siswa lainnya saat mereka merasa kesulitan mengerjakan tugas yang ia berikan. 
*    
Entah kenapa saat Irfan yang memberi meteri dikelas Rati, Rati seperti sedang main kucing-kucingan sejak ia sadar bahwa selama tiga minggu terakhir Irfan terus saja memperhatikan gerak-geriknya. Rati mulai risih terlebih saat diskusi kelompok ia tidak banyak bicara seperti sebelumnya, sungguh ini kali pertama aku melihat ada seseorang yang mampu membuat Rati sekeki itu. Aku sering bahkan sangat sering melihat Irfan siguru muda nan tampan itu menatap Rati dari sebuah cermin yang menggantung disebelah kiri kelas kami, dan mungkin karna itu pula tiap kali diskusi Rati selalu berusaha untuk membelakangi cermin itu.
Dilain tempat saat jam istirahat, Irfan sang guru diam-diam meminta nomor ponsel Rati pada si kecil Kiki.
“Kiki… bisa kesini sebentar?” Irfan memanggil dari ruang guru
“maaf pak, ada apa yah?” tanya Kiki takut
“begini Ki, emangnya betul Rati punya kakak namanya Dimas?” tanya Irfan serius
“ia pak betul,kalau boleh saya tahu ada apa ya pak?” tanya Kiki penasaran
“tidak. Kebetulan Dimas itu teman SMA bapak dulu, kamu bisa beritahu Rati nggak kalau aku ingin bertemu dengan Dimas minggu besok” sambung Irfan
“owwhh…ia pak, nanti saya sampaikan”lanjut Kiki
“kamu bisa ambil nomor ponsel saya, dan bilangin ke Rati kalau kakaknya sudah ada keputusan dia bisa hubungi saya” sahut Irfan sambil memberikan nomor ponselnya.
Saat jam pulang sekolah Rati yang sedang kurang enak badan buru-buru pulang dan Kiki belum sempat memberi tahu pesan yang diamanahkan pak Irfan tadi. Kiki yang cemas karna tidak menyampaikan amanah itu langsung menelpon Rati setibanya ia dirumah, Kiki memberi tahu Rati masalah Irfan yang ternyata berteman baik dengan kakak Rati. Rati yang takut akan lupa dengan amanah pak Irfan itu sesegera mungkin memberi tahu masalah ini pada kak Dimas kakaknya, tapi sayang kak Dimas tidak bisa memenuhi undangan pak Irfan minggu besok sebab ia ada proyek diluar kota yang harus ia kerjakan. Kak Dimas tidak lupa untuk meminta adiknya Rati agar memberi tahu Irfan masalah ini. Tanpa berpikir panjang Rati yang kala itu sedang asyik membaca buku langsung memberi tahu Irfan dengan mengirim sebuah pesan singkat
“assalamualaikum… maaf pak kalau saya menggangu, saya hanya ingin menyampaikan permintaan maaf kak Dimas karna ia tidak bisa hadir diundangan kakak minggu besok. Soalnya kak Dimas sedang ada dinas keluar kota untuk proyek.  #Rati”
“ waalaikum salam dek, nggak apa-apa kok kk ngerti. Makasih ya infonya” balas Irfan
Sejak hari itu Irfan-Rati semakin dekat hingga saat ini, dan kini Rati sadar bahwa ia telah menemukan sepotong hatinya yang baru setelah sekian lama hatinya rusak akibat ulah Rio sang mantan kekasih. Dan sepotong hati yang baru itu ada pada Irfan sang guru muda. Walau belum resmi menjalin hubungan, tapi sepertinya mereka berdua memang cocok dan mereka juga simpati satu sama lain, sangat pas.